MAKNA PERSEMBAHAN MENURUT HINDU

Hindu di dalam pemujaan kepada Tuhan mempersembahkan sesuatu.. Persembahan itu bukan ditujukan kepada Tuhan, persembahan itu bukan untuk maksud dimakan oleh Tuhan, tetapi persembahan itu adalah sebagai “ ALAT KOMUNIKASI “ dengan Tuhan. ALAT KOMUNIKASI DENGAN TUHAN. Persembahan itu hanya merupakan lambang, lambang untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Semua persembahan yang dipersembahkan oleh umat Hindu itu adalah hanya lambang saja sebagai alat komunikasi. Misal umat mempersembahkan binatang berupa babi atau ayam. Maksud persembahan ini adalah sebagai lambang saja, agar dengan pemujaan itu, sifat kebinatangan yang kita persembahkan itu bisa dihilangkan oleh Tuhan. Misal babi adalah untuk melambangkan sifat malas ( tamasika ) sedangkan ayam adalah untuk melambangkan sifat rakus ( rajasika ). Inilah seorang penganut Bhakti Marga di dalam Hindu yang selalu memakai lambang. Jadi persembahan yang berwujud binatang seperti contoh di atas, itu bukanlah dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi lebih bermakna sebagai lambang sifat kebinatangan yang ada diri manusia. Sifat malas dilambangkan dengan babi, sifat rakus dilambangkan dengan ayam.

Jadi dengan persembahan yang berwujud binatang itu dimaksudkan adalah kita mempersembahkan sifat kebinatangan kita yaitu rajasika ( rakus/ ayam ) dan tamasika ( malas/ babi ) dengan harapan kedua sifat kita itu dengan pemujaan yang kita lakukan dihilangkan oleh Tuhan. Begitu maksud persembahan di dalam konsep Hindu. Persembahan itu bukan ditujukan atau bukan diperuntukkan kepada Tuhan agar dimakan, sama sekali bukan begitu maksudnya, tetapi kita mempersembahkan sifat kebinatangan kita kepada Tuhan agar dihilangkan atau dinetraliasir. Kemudian setelah dinetraliasir oleh Tuhan pada waktu pemujaan itu, kemudian kita yang memakan, itu namanya prasadam, artinya kita memasukkan unsur – unsur kebinatangan yang sudah dinetralisir oleh Tuhan dalam artian dengan prasadam itu mempunyai makna bahwa kita sudah memasukkan unsur kebinatangan yang sudah disucikan/ disomyakan/ dinetralisir oleh Tuhan. 

Inilah cara Bhakti Marga yang juga disebut dengan cara kucing. Anak kucing akan tetap pasrah kepada induknya entah mau dibawa kemana dikala induknya membawa dengan giginya. Ini cara Bhakti Marga. Tetapi cara Bhakti Marga mestinya harus diikuti dengan Cara Jnana Marga, yaitu menghilangkan sendiri sifat kebinatangan itu dengan usaha sendiri, jadi seorang Jnana marga tidak akan memakai persembahan. Seorang Jnana Marga akan menghilangkan sifat kebinatangan ( rajasika dan tamasika ) dengan usahanya sendiri. Cara ini diibaratkan seperti seekor anak kera. Berbeda dengan anak kucing, yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak induknya, sedangkan cara Jnana Marga dimana si anak kera akan mengikuti kemana induknya berjalan, artinya kemana induknya berjalan, si anak akan mengikuti atas usahanya sendiri. Inilah konsep dualitas di Hindu yang harus dilaksanakan secara bersamaan. 

By Putu Suekantara

0 comments:

Post a Comment