Filosofi Lima Jari by Tanadi Santoso

Ketika saya ditanya orang: “Pak San, menurut anda, apa yang membuat kita menjadi sukses dalam kehidupan ini?” Bila hanya punya waktu 5 menit, maka saya akan memakai cerita pendek ini untuk berbagi:


Pada suatu saat kelima jari tangan saling bertengkar, mempertengkarkan siapa yang terpenting diantara kelimanya, dan masing2 punya argumennya sendiri2:


Ibu jari: Saya yang terpenting, karena saya yang terbesar, dan saya adalah ibu dari semua jari.


Jari telunjuk: Saya yang terpenting, karena kemanapun saya menunjuk, semua akan mengikuti arah saya.


Jari tengah: Saya yang terpenting, karena kalau tangan kita naikkan keatas, sayalah yang tertinggi.


Jari manis: Oh, tidak, teman2, saya yang terpenting, lihat lah setiap kali ada cincin yang dipakai, saya yang mendapatkannya.


Jari kelingking, karena yang paling kecil, terpaksa terdiam dan berpikir agak lama, akhirnya berkata: Sebenarnya sayalah yang terpenting, karena kalau kalian menyatukan tangan dan mengarahkan tangan sembahyang kearah Tuhan, saya sang kelingkinglah yang terdekat dengan Nya.


Jempol atau ibu jari, melambangan sikap, atau attitude. Kita harus mempunyai semangat tinggi dan sikap positip dalam menjalani kehidupan. Kesuksesan hanyalah kemampuan kita melewati kegagalan demi kegagalan tanpa kehilangan antusiasme kita. Keberanian dan sikap mental pantang menyerah merupakan kekuatan kita untuk menjadi sukses.


Telunjuk melambangkan arah atau direction. Tanpa arah kehidupan, kita akan sulit bergerak maju dengan cepat. Tujuan kehidupan, goals, harus kita tetapkan. Pada suatu titik manapun pada kehidupan kita, kita harus tau apa yang ingin kita capai, bahwa suatu saat akan berubah, itu sah sah saja, yang penting kita tidak boleh bekerja tanpa sebuah arah yang jelas.


Jari tengah melambangkan komunikasi, bagaimana kita membuat network kita menjadi efektip, bagaimana melayani orang, bagaimana memimpin, bagaimana mempersuasi orang lain. Softskill kita menjadi kunci dalam hubungan antar manusia. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kemampuan komunikasi menjadi semakin penting.


Berbuat lebih, dilambangkan dengan jari manis. Sweetness, kemauan untuk melakukan ABCD (Above and Beyond the Call of Duty), berbuat lebih dari yang diharapkan orang lain, akan membuat kita menjadi berbeda dan punya keunggulan komparatip. Menjadi “cukup” sudah tidak lagi memadai, menjadi “lebih” jadi sebuah keharusan untuk sukses.


Jadi kelingking, melambangkan knowledge and skills, kompetensi atau kemampuan kita dalam bekerja. Dalam persaingan yang tajam, kita haruslah mampu bersaing dengan semua pihak. Ilmu dan keahlian kita diadu, kreatifitas kita di uji. Kompetensi tidak dapat digantikan dengan sikap, karena ilmu adalah sebuah keharusan. Stategi yang jitu akan membuat kita menjadi lebih mudah mendaki tangga sukses.


Kelima jari ini menjadi kunci sukses kita: Attitude, Direction, Communication, Sweetness, Knowledge&Skills. Setiap orang haruslah memperbaiki dan mempertajam kelima elemen ini: Sikap kita akan membantu kita lebih positip dalam bertindak; Arah akan membuat kita tahu akan kemana; Komunikasi akan memperlancar hubungan antar sesama kita; Kemauan berbuat lebih akan mempermudah jalan sukses kita; dan Kompetensi akan menjadi poros energi sukses kita. Kelima elemen ini semuanya harus bersatu untuk membuat kita menjadi sukses. 



* Tanadi Santoso (Re-Post)

* Ini salah satu cerita saya yang paling kuno, mungkin sudah lebih dari 10 tahun, dan saya sering pakai dalam seminar2 saya. Salam.

0 comments:

Post a Comment