"PARA SETAN DEMO KE TUHAN", Renungan #1

OM SWASTIASTU

Ada sebuah cerita dari burung berkaicau di pagi hari, ceritanya begini; Disebuah desa dipegunungan yang pemandangannya masih sangat asri, tumbuh-tumbuhannya menghijau menari-nari diterpa angin, udaranya sejuk agak dingin, air sungainya mengalir jernih tanpa sekeping sampah, apalagi sampah plastik. Hidup seorang penekun spiritual. Beliau setiap hari memuja Tuhan mengucapkan terima kasih atas segala kemurahannya, dan mohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, tidak lupa pula Beliau memohon agar alam beserta isinya mendapatkan kebahagiaan.

Pada suatu malam kurang lebih sudah pukul 1 dini hari Beliau bermeditasi, saat meditasinya mencapai puncak, Beliau mendengar suara riuh melalui telinganya yang paling dalam, maka diperhatikan suara itu dan diselusuri secara bathin asal suara tersebut, lalu betapa kagetnya Beliau dalam meditasinya melihat ribuan para setan sedang mengadakan demo. Dari suara yang hiruk pikuk itu dapat didengar oleh Beliau bahwa para setan sedang demo menuju ketempat Tuhan. Ada yang membawa sepanduk beraneka ragam tulisannya, ada yang bertuliskan: " AKU PARA SETAN SANGAT KEBERATAN HARGA DIRIKU DI KOYAK-KOYAK", ada juga bertuliskan; "HENTIKAN SIKAPMU MENGAMBING HITAMKANKU". Dan banyak lagi tulisan yang berbunyi senada.Walaupun begitu banyaknya setan demo, tidak ada yang anarkis, makanya tidak ada perlu pengamanan berlapis, tidak ada kelihatan senjata gas air mata dan sebagainya, sebab demonya setan berjalan sesuai dengan UU dan peraturan yang berlaku.

Singkat cerita, sampailah para setan itu didepan kediaman Tuhan, disana korlapnya berorasi dengan pengeras suara yang telah mereka siapkan, sambil memanggil manggil Tuhan agar menemui mereka. Akhirnya datanglah seorang utusan dari Tuhan untuk membolehkan 5 orang setan sebagai delegasinya menghadap Tuhan ke dalam. Kemudian para delegasi setan yang 5 orang menghadap Tuhan ke dalam. Yang lainnya berorasi diluar dengan sangat tertib. Didalam terjadi dialog antara delegasi Setan dengan Tuhan, begini dialognya; Setan menuntut ke Tuhan: Ya Tuhan kami para seten sangat keberatan bahwa setiap manusia berbuat jahat apakah dia membunuh, memperkosa dan yang lain sejenisnya, bila mereka ditangkap oleh petugas dan diintrograsi mereka membilang bahwa saat itu mereka sedang kemasukan setan.

Oleh karena itu Kami kaum setan sangat keberatan disebut memasuki alam pikiran manusia, sebab kami para setan telah lama tidak diperbolehkan meninggalkan tempat oleh pimpinan kami sesuai dengan keputusan sidang majelis tertinggi kami para setan, yang berbunyi seperti ini; MULAI SAAT DIPUTUSAKAN, PARA SETAN TIDAK BOLEH KEMANA-MANA, TINGGAL DIWILAYAH MASING-MASING, APA LAGI MEMASUKI SIFAT MANUSIA SEBAB MANUSIA TELAH BANYAK DAPAT MENIRU SIFAT KITA. Nah semenjak itulah kami tidak lagi berkeliaran kemana-mana, tinggal di wilayah masing-masing. Kenapa manusia tega mencatut nama baikku. Itulah yang menjadi tuntutan kami agar Tuhan sebagai penguasa menyikapinya.

Lalu Tuhan pun menjawab dengan tenang; Wahai kau para setan, bukan kamu saja yang dikambing hitamkan oleh manusia, saya juga sering dikambing hitamkan oleh manusia, bila ada banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor dsb, mereka kaum manusia akan mengatakan; INI SEMUA KEHENDAK TUHAN. Padahal saya tidak pernah menghendaki apa-apa dari siapun karena saya sudah cukup. Pada akhirnya dialog itu selesai dengan sebuah kesepakatan, bahwa setan tidak akan mengintervensi pikiran manusia lagi karena manusia telah banyak yang bisa meniru sifat setan. Demikian pula Tuhan tidak akan menghendaki apa-apa, karena semuanya sudah diamanatkan kepada manusia untuk mengatur alam ini beserta isinya untuk menuju kebahagiaan sesama ciptaanNya, melalui wahyunya berupa kitab suci. Akhirnya demo para setan berakhir bubar dengan tertib setelah mendapatkan kesepakatan.

Demikianlah cerita burung dipagi hari yang diamati oleh Beliau yang menekuni spiritual.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Oleh: Ida Pedanda Gede Made Gunung

Hikmah yang bisa saya ambil dari cerita di atas adalah bahwa kita sebagai manusia, musuh terbesa zaman sekarang adalah pada diri kita sendiri. Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna diberikan kelebihan berpikir, hendaknya bisa menggunakan pikiran yang berkemanusiaan. Jangan saling menyalahkan, Intropeksi diri dan mulat sarira. Menurut ajaran Agama Hindu di Bali kita harus benar-benar mengamalkan ajaran Tri Hita Karana, yaitu  Hubungan antara manusia dengan tuhan yang baik, hubungan antara manusia dengan manusia yang baik, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan yang baik.  Jika ketiga hubungan tersebut bisa dijalankan dengan baik, niscaya keseimbangan pun akan terjadi. Jadi pesan yang bisa saya sampaikan adalah kembalilah ke jalan yang benar.. hehehehehehehehehe :D

1 comments:

izin copas

Anonymous
2 November 2013 at 18:47 comment-delete

Post a Comment